Al-Qur’an selalu memainkan peranan utama dalam perkembangan tulisan Arab. Keperluan untuk merakam al-Qur’an memaksa memperbaharui tulisan mereka dan memperindahnya sehingga ia pantas menjadi wahyu Ilahi.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dengan
perantaraan malaikat Jibril. Baginda menerima wahyu dan menyiarkannya
sampai wafat pada tahun 632 M, sesudah itu wahyu tidak turun lagi dan
penyebarannya dari orang mukmin yang satu kepada yang lain secara lisan
oleh para Huffaz (mereka yang hafal al-Qur’an dan dapat membaca dalam
hati).
Pada tahun 633, sejumlah huffaz ini terbunuh dalam peperangan yang
timbul setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan kepada kaum
Muslimin, khususnya Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah pertama Abu
Bakar supaya mengerjakan penulisan al-Qur’an.
Juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun ian
mengumpulkan wahyu ke dalam sebuah kitab, yang kemudian ditetapkan oleh
Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini
kemudian disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dan dikirim
ke wilayah-wilayah Islam yang penting untuk digunakan sebagai naskah
kitab yang baku.
Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan
pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran tu terjadi
akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan
memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun
1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan
Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang
memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan
sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak
pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad,
Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak
hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga
yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang
diperintahnya.
Ghazan menjadi seorang Muslim ya terpelajar, teguh dan membaktikan
sebagian besar hidupnya demi kebesaran Islam dan kebangkitan kembali
kebudayaannya. Dia memberikan dorongan yang amat besar terhadap seni
Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku!
Tradisi ini dilanjutkan oleh saudara dan penggantinya Uljaytu
(1306-16), yang pemerintahannya berlimpah dengan kebesaran seni dan
kemajuan sastra. Dia beruntung memiliki menteri dua tokoh yang
berpikiran terang, Rashid al-Din dan Sa’d al-Din, yang mendorong dia
melindungi kaum terpelajar, para seniman dan ahli kaligrafi.
Di bawah kekuasaannya, seni kaligrafi dan penerangan Il-Khanid
mencapai puncaknya, sebagaimana dapat dilihat dari salinan al-Quran yang
sangat indah dalam tulisan Rayhani yang ditulis atas perintah Ulyaytu
dan disalin serta diperterang pada tahun 1313 oleh Abd Allah ibn
Muhammad al-Hamadani.
Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal dinasti Il-Khan, yang
dibimbing oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi, yang meninggalkan
untuk kita salinan al-Qur’an dalam tulisan Muhaqqaq tahun 1304.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar